INTOLERANSI AKTIVITAS

   
A.      Definisi
Intoleran aktivitas adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diperlukan. (Herdman, 2012)
Intoleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan oleh seseorang. (Perry dan Potter, 2006)
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
B.       Etiologi
1.         Kelainan Postur
2.         Gangguan Perkembangan Otot
3.      Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4.      Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
5.      Kekakuan Otot
6.      Tirah baring dan imobilitas
7.      Kelemahan secara umum
8.      Gaya hidup yang kurang gerak
9.      Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
(Doengoes, 2000)
C.       Patofisiologi
   Anemia pada kehamilan terjadi karena peningkatan volume plasma yang menyebabkan konsentrasi sel darah merah (eritrosit) di dalam tubuh menurun, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika, hemoglobin menurun menyebabkan suplai oksigen menurun. Menurunnya suplai oksigen dapat menyebabkan proses metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga mengakibatkan menurunnya energi. Energi yang menurun  yang dapat menyebabkan kelemahan sehingga tubuh tidak mampu melakukan semua aktivitas dan menyebabkan intoleransi aktivitas. (Price, 2006)
D.      Pathway

E.       Manifestasi Klinis
1.         Tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
2.         Memiliki hambatan dalam berdiri dan berjalan.
3.         Dipsnea saat/setelah beraktivitas.
4.         Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.
5.         Tekanan darah meningkat >20% dari kondisi istirahat.
6.         Sianosis.
(Potter & Perry, 2006)
F.        Pemeriksaan Penunjang
1.         Pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi).
2.         Pemeriksaan Laboratorium
a.    Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
b.    Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
c.    Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
d.    Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
e.    Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
G.      Penatalaksanaan Klinis
1.         Terapi pengobatan
Zat besi biasanya diberikan kepada pasien dengan anemia. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu   polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Pengobatan yang lain:
a.    Asam folik 15 – 30 mg per hari
b.    Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c.    Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
2.         Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
H.      Pengkajian Secara Teori
1.         Biodata
Identitas klien yang berisi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dan umur. Nomor rekam medik pasien, penanggung jawab, pekerjaan, alamat.
2.         Riwayat Penyakit
a.    Keluhan utama                         : berisi keluhan yang paling dirasakan pasien pada saat pengkajian.
b.    Riwayat penyakit sekarang      : berisi keluhan yang dirasakan pasien sebelum dibawa kerumah sakit sampai setelah masuk rumah sakit.
c.    Riwayat penyakit dahulu         : berisi riwayat penyakit yang pernah diderita pasien.
d.    Riwayat penyakit keluarga       : berisi ada tidaknya riwayat penyakit menular, menahun dan menurun yang diderita keluarga pasien.
e.    Genogram                                 : berisi silsilah keluarga pasien.
3.         Pola Fungsi Kesehatan
Berisi presepsi pasien dan keluarga pasien terhadap menejemen kesehatan.
4.         Pemeriksaan Fisik
a.    Status kesehatan umum : berisi keadaan umum, tingkat kesadaran pasien, glascow coma scale (GCS), berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh (IMT), tanda-tanda vital.
b.    Kepala : ukuran, bentuk, keadaan rambut, warna rambut, kebersihan, adanya massa atau tidak menggunakan ujung jari dengan gerakan rotasi, ada edema atau lesi tidak.
c.    Rambut : warna, mudah dicabut atau tidak, penyebaran rambut, kebersihan rambut.
d.    Mata : Mata simetris, warna konjungtiva, warna sklera, pergerakan bola mata, reflek pupil isokor (kanan kiri sama)atau anisokor (perbedaan ukuran pupil), pupil kontiriksi (mengecil) atau dilatasi (melebar), alat bantu.
e.    Telinga : Telinga simetris, sejajar atau tidak dengan kantus mata, kebersihan telinga, edema dan lesi.
f.     Hidung : Hidung simetris, sectumnasi simetris atau tidak, kebersihan hidung, ada nyeri atau tidak, ada polip atau tidak.
g.    Mulut : ada stomatitis atau tidak, ada lesi atau tidak, kebersihan mulut, penyebaran gigi, kebersihan gigi, ada gigi berlubang atau tidak, ada karies gigi atau tidak, ada pembesaran tonsil atau tidak.
h.    Leher : otot leher, kelenjar tiroid, vena jugularis.
i.      Dada dan Paru : simetris, pengembangan kanan dan kiri, vocal fremitus simetris, perkusi sonor tidak, auskutasi vaskuler tidak.
j.      Jantung : Ictus Cordis Nampak atau tidak, ictus cordis teraba di ICS V midlenia sinistra tidak, perkusi pekak tidak, auskultasi S1 S2 reguler tidak.
k.    Abdomen : Simetris, lesi, bising usus normal antara (1-10 x/menit), nyeri jika ditekan atau tidak, perkusi timpani atau hipertimpani.
l.      Ekstremitas : pergerakan normal aktif, ada edema atau tidak,.
m.  Integumen : warna kulit, lesi, turgor kulit, ada vesikula atau tidak.
I.          Diagnosa Keperawatan Secara Teori
1.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan :
a.    Tirah baring atau imobilisasi.
b.    Kelemahan.
c.    Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
d.    Gaya hidup monoton.
(NANDA, 2015-2017. Panduan Diagnosa Keperawatan)
J.         Intervensi Secara Teori
1.         Diagnosa                  : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan                      :    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu bertoleransi terhadap aktivitas.
Kriteria Hasil           : a.  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
b.  Tanda tanda vital normal.
c.  Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
Intervensi                 : a.  Monitor tanda-tanda vital.
b.  Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
c.  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social.
d.  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
e.  Ajarkan klien metode penghematan energi untuk aktivitas.
f.  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta.
Herman T.H and Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing Diagnosis, Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.
Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
 

Komentar