Pentingnya Konsep Keperawatan Holistik

  

Pentingnya Pengetahuan Perawat Tentang Konsep Keperawatan Holistik

Istilah Holisme dan Holistic berasal dari kata Yunani Holus yang berarti semua, utuh, keseluruhan, total. Keperawatan holistik berhubungan dengan manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menerapkan pendekatan beragam aspek. Perubahan dalam setiap aspek akan membawa perubahan pada setiap aspek lainnya. Fondasi keperawatan secara intrinsik itu sendiri adalah holistik karena dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien tidak dapat atau tidak boleh hanya memandang dari satu dimensi saja. Florence Nightingale sendiri telah menerapkan perawatan holistik, dengan mengakui pentingnya lingkungan, sentuhan, cahaya, aroma, musik dan refleksi diam dalam proses terapi.[1]

Falsafah keperawatan adalah keyakinan perawat terhadap nilai-nilai yang dijadikan sebagai pendangan hidup dan pedoman dalam memberikan asuhan untuk mencapai suatu tujuan. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus memenuhi kebutuhan klien secara holistik meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural.[2]

Keperawatan holistik berarti percaya bahwa manusia yang terdiri dari pikirannya, tubuhnya dan jiwanya yang diintegrasikan ke dalam keseluruhan yang tidak dapat terpisah. Kesehatan dan kesejahteraannya bergantung pada pencapaian keharmonisan hubungan perawat. Penyembuhan adalah proses perjalanan menuju holisme dengan menggunakan kehadiran, niat, penerimaan tanpa syarat dan cinta kasih perawat. Holistik dapat memfasilitasi pertumbuhan dan penyembuhan klien dengan menemukan makna dalam pengalaman hidup, tujuan dan alasan keberadaan.[3]

Konsep keperawatan holistik juga diperkuat dengan pernyataan WHO yang menyatakan sehat adalah suatu keadaaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.[4]. Kesehatan mengacu pada kemampuan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan untuk mengintegrasikan pemikiran, perasaan serta pemprosesan suatu informasi. Hal ini sebenarnya menyarankan bahwa model sistem keperawatan mempertimbangkan individu sebagai keselurahan sistem dengan bagian-bagian, dan sub-bagian yang saling terkait.[1]

Erikson, Tomlin, dan Swain juga mengemukakan bahwa manusia itu adalah makhluk holism, yang memandang sebagai individu secara keseluruhan, terdiri dari banyak subsistem yang salin memiliki ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan. Dimensi biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual merupakan unit keseluruhan yang bersifat dinamis. Bersifat saling mempengaruhi dan mengendalikan satu sama lain.[5]

Hasil penelitian menunjukan pengetahuan perawat berada dalam tingkat cukup dengan masing-masing persentase pengetahuan personal 39,6%, empiris 42,5%, estetika 53%, etik 50,7%. Pengetahuan dalam tingkat kurang yaitu unknowing 52,2% dan sosial politik 44,8%. Penelitian itu menyediakan informasi mengenai pengetahuan perawat tentang konsep keperawatan holistik dalam asuhan keperawatan.[6] Penelitian itu menunjukan bahwa penegtahuan peeawat tentang konsep keperawatan holistik masih rendah.

 Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa perawat masih perlu memahami pengetahuan tentang konsep keperawatan holistik supaya bisa memberikan asuhan keperawatan yang utuh kepada klien. Saya akan membahas pentingnya perawat mengetahui konsep keperawatan holistik dan bagaimana memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan holistik. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan holistik dengan memperhatikan dimensi-dimensi yang saling terkait dan ketergantungan untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan.

Pertama, dimensi bilogis, manusia sebagai makhluk bio, bio berasal dari kata bios yang artinya hidup. Manusia sebagai makhluk biologis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Memiliki susunan sistem organ yang memiliki fungsi dan tugas masing-masing dan saling mempengaruhi. Perawat dapat melakukan pendekatan dengan mengkaji aspek fisik individu terkait sistem organ. Artinya perawat dapat melakukan asuhan keperawatan dengan membantu individu untuk mencapai kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ada gangguan.
Manusia tumbuh dan berkembang, artinya setiap individu dapat memenuhi pertumbuhan dan perkembangannya dalam hal ini termasuk juga kebutuhan manusia untuk memperoleh keturunan atau berkembangbiak. Perawat dalam melakukan pendekatan dengan menilai pertambahan segi kuantitatif maupun kualitatif setiap individu sehingga setiap individu dapat tumbuh dan berkembang sesuai tahapannya masing-masing. Manusia mempunyai kebutuhan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupunya, yaitu dengan terpenuhinya kebutuhan dasar biologis. Perawat dapat melakukan nursing care dengan membantu individu untuk memenuhi kebutuhan dasar biologis, seperti oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi, dll.

Kedua, dimensi psikologis. Psiko berasal dari kata psyche yang berarti jiwa. Jadi, manusia sebagai makhluk psiko, artinya manusia adalah makhluk yang berjiwa. Sebagai makhluk psiko manusia memiliki sifat-sifat yang tidak dimiliki makhluk lain. Manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir, kesadaran pribadi dan perasaan. Setiap individu mempunyai kebutuhan psikologis untuk mengembangkan kepribadiannya, memiliki tingkah laku yang merupakan manifestasi dari kejiwaanya. Pengetahuan dan sikap perawat dalam memenuhi kebutuhan psikologis sangat penting, sehingga tujuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik dapat tercapai. Dimana kebutuhan tersebut sangat penting agar individu merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam menghadapi kehidupan.[7] Misalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan dalam mempelajari respon individu terhadap penerimaan sakit, perawat membantu individu dalam proses adaptasi dengan mempelajari koping.

Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan mempertahankan keseimbangan aspek biologis dan psikologis melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut Abraham Maslow (1908-1970) kebutuhan manusia dapat digolongkan menjadi lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan kenyamanan, kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.[2] Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi, oksigenasi, nutrisi, cairan, eliminasi, pola istirahat dan tidur, pengaturan suhu tubuh dan lain-lain. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya dan ancaman, misalnya penyakit, nyeri, cemas, dan lain sebagainya. Kebutuhan  cinta dan memiliki merupakan kebutuhan yang menggambarkan emosi individu, keinginan seseorang untuk menjalin hubungan yang efektif dan hubungan emosional dengan orang lain. Kebutuhan harga diri sering merujuk pada penghormatan diri dan pengakuan diri, untu mencapai penghargaan diri, seseorang harus menghargai apa yang telah dilakukan dan benar-benar mengakui keberadaan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi, merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri dan otonominya sendiri tanpa tekanan dari luar.

Ketiga, dimensi sosial. Manusia sebagai makhluk sosial, menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk zoonpoliticon. Artinya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain dan selalu berinteraksi dengan mereka. Kemampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan, membina, dan memilihara hubungan baik dengan individu lain. Hal ini dibuktikan dengan manusia perlu hidup bersama orang lain dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan beradaptasi dengan lingan tersebut. Perawat dapat melakukan pendekatan dengan meningkatkan hubungan interpersonal dengan menerapkan komunikasi terapeutik serta menciptakan lingkungan yang terapeutik. Perawat mengkaji kondisi sosial yang dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan individu. Perawat dalam hal ini juga perlu memahami dan menghargai sosiokultural individu.  Sistem kesehatan dapat dipahami melalui aspek sosiokultural suatu masyarakat. Struktur sosial dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat menjadi hal yang dapat mempengaruhi kesehatan. Misalnya, persepsi masyarakat terhadap managemen kesehatan, apabila individu merasakan tanda gejala dari suatu penyakit, mereka akan mengabaikannya dan menggagap suatu hal yang biasa, sampai akhirnya penyakit itu sudah menunjukan  destruktif baru mereka akan berkonsultasi ke tenaga kesehatan. Terkait persepsi masyarakat terhadap konsep sehat-sakit juga yang perlu diperhatikan dan mulai diperbaiki oleh perawat melalui upaya promotif dan preventif.

 Keempat, dimensi spiritual. Dimensi biologis, psikologis, sosiologis merupakan dimensi manusia terkait hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain. Sementara, dimensi spiritual merupakan dimensi yang terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, dan terkait keyakinan dalam hidupnya. Keyakinan yang dimiliki seseorang akan berpengaruh pada perilakunya. Misalnya, keyakinan individu dalam menghadapi suatu penyakit dengan lebih mempercayai untuk membawanya ke dukun. Mengingat besarnya pengaruh keyakinan  terhadap kehidupan seseorang, perawat harus memotivasi klien untuk senantiasa menjaga spiritualnya. Namun, perawat seringkali kurang peduli terhadap kebutuhan spiritual klien karena terlalu fokus memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis klien. Hal ini bisa disebabkan karena pemahaman perawat yang kurang tentang aspek spiritual klien untuk proses penyembuhan. Aspek pertama yang harus diperhatikan perawat dalam pemenuhan kebutuhan spritual klien adalah peningkatan pengetahuan perawat tentang perawatan spiritual klien dan manfaatnya, sebab sikap positif atau negatif seseorang terhadap suatu obyek, sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan seseorang terhadap manfaat obyek tersebut.

Aspek spiritual akan berpengaruh pada aspek-aspek yang lain sehingga berpengaruh juga pada kesehatan individu. Misalnya melalui doa, melalui berdoa seseorang dapat mengekspresikan perasaan, harapan dan kepercayaanya kepada Tuhan, sehingga membuat individu merasa lebih tenang dan dapat dijadikan koping. Perawat dapat memberikan pelayanan seperti, mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberikan privasi untuk berdoa. Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan World Health Organization (WHO), 1984 yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya.

Berdasarkan uraian diatas begitu pentingnya perawat mengetahui tentang konsep keperawatan holistik. Seorang perawat memberikan asuhan keperawatan lebih dari sekadar menyembuhakan penyakit. Perawat harus percaya bahwa walaupun penyembuhan adalah keharusan, tetapi itu lebih dari sekadar respon fisiologis. Sehingga perawat harus mengambil pendekatan holistik pada individu, yang meliputi bio-psiko-sosial-spiritual. Agar penyembuhan menjadi efektif perlu asanya keseimbangan lengkap antara fisik, mental, sosial dan spiritual seseorang.

Sangat penting bagi perawat untuk menciptakan hubungan yang teraputik bagi individu. Perawat melakukan nursing care dengan berfokus pada individu secara keseluruhan dan memastikan bahwa perawat akan memberikan perawatan kepada individu secara fisik, mental, sosial dna spiritual. Individu memiliki serangkaian kebutuhan mereka sendiri yang unik sehingga sangat penting untuk menerima dan menghormati kebutuhan setiap individu terlepas dari keinginan, kebiasaan dan kepercayaan mereka. Hal ini dilakukan agar individu sembuh sepenuhnya, melalui pendekatan holistik yang berfokus pada fisik, mental, sosial dan spiritual. Perawat diharapkan dapat melakukan nursing care melalui pendekatam holistik dalam memberikan asuhan keperawatan..






DAFTAR PUSTAKA

  1. Papathanasiou L, Sklavou M, Kourkouta L. Holistic nursing care : theories and prespective. AJNS. Februari 2013;2(1):1-2. doi:10.11648/j.ajns.20130201.11.
  2. Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta:EGC, 2005.
  3.     Erickson HL. Philosophy and theory of holism. Nursing clinics of north America. Juni 2007;42(2):1-2. doi:10.106.
  4. World Health Organization, WHO Definition of Health http://www.who.int/about/who-who-are/frequently-asked-question diakses pada 25 November 2019.
  5. Mariner TA. Nursing theorist and their work. 3rd ed. St. Louis:Mosby Companis;1994.
  6. Ulfah R, Sulisno M. Pengetahuan perawat tentang konsep keperawatan holistik. Jurnal nursing studies. 2013;1(1):157-8.
  7. Kiran Y, Dewi USP. Pengetahuan dan sikap perawat dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan spiritual klien terminal. JPPKI. 2017;3(2):183.
  8. Salbiah. Konsep holistik dalam keperawatan melalui pendekatan model adaptasi sister callista roy. Jurnal keperawatan rufaidah Sumatera Utara. Mei 2006; 2(1):35-6.
  9. Syaiful Y, Wibawa S. Pengetahuan dan sikap perawat memenuhi kebutuhan spiritual pasien kritis dengan implementasi keperawatan. Journals of ners community. Juni 2014;5(1):29-31.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTOLERANSI AKTIVITAS